membersihkandiri dan mendisinfeksi sebelum keluar dari RPH; p. Dilakukan pembersihan dan disinfeksi terhadap pakaian dan sepatu petugas atau orang yang kontak dengan hewan atau produk hewan selama proses pemotongan; q.Desinfeksi terhadap alat angkut dan petugas harus dilakukan saat memasuki dan keluar area RPH; olehkarena kurangnya kesadaran mengenai personal hygiene dan tidak dilengkapinya alat pelindung diri sewaktu melaksanakan pekerjaannya. Angka insiden untuk dermatitis kontak akibat kerja itu sendiri bervariasi antara 2% - 10%. Diperkirakan sebanyak 5% - 7% penderita dermatitis akan berkembang menjadi kronik dan 2% - 4% di antaranya sulit untuk AlatPelindung Diri (APD) pada petugas cleaning service saat melakukan pekerjaannya.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan menggambarkan keadaan penggunaan alat pelindung diri pada petugas cleaning service di RSUD KRT. Setjonegoro. Subjek penelitian adalah alat pelindung diri pada petugas cleaning service di RSUD KRT. Jakarta Alat pelindung diri atau APD menjadi salah satu isu yang mencuat di masa pandemi virus corona atau Covid-19.. Gambar-gambar yang menampilkan petugas mengenakan jas hujan serta kenyataan semakin banyak tenaga medis yang terinfeksi meyakinkan publik bahwa tenaga medis kita kekurangan APD. Praktikbaik untuk melindungi kesehatan petugas di fasilitas pengelolaan air limbah juga harus selalu diikuti. Petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat, termasuk pakaian kerja yang aman, sarung tangan, sepatu boots, kacamata atau penutup wajah, dan masker. Petugas juga perlu selalu melakukan kebersihan tangan dan n4IGxp. Setiap perusahaan di bidang jasa kebersihan umumnya telah membekali para pegawainya, baik berupa keterampilan hingga alat cleaning service yang menunjang pekerjaan mereka. Alat tersebut merupakan alat bantu yang penting dimiliki demi memaksimalkan kinerja para pegawai. Keberadaan alat-alat tersebut sangat mendukung dalam kebersihan baik rumah sakit, bank, mall, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, petugas biasanya melakukan cek list peralatan yang dibutuhkan sehingga tidak ada satupun yang terlewat. Nah, peralatan kebersihan yang bisa memberikan kemudahan bagi para petugas dalam pekerjaannya berupa carry caddy tempat penyimpan alat, hand brush sikat dinding, vacuum cleaner alat penyedot debu, floor machine alat pembersih lantai, glass squeegee alat penyeka kaca, toilet bowl brush pembersih noda toilet, sarung tangan, dry cloth kain lap, dan alat pemeras mop. Umumnya alat-alat tersebut untuk membersihkan berbagai ruangan sehingga menghasilkan tempat yang bersih, bebas debu, dan rapi. Sehingga ruangan terlihat indah dan bebas kuman. Sehingga setiap orang mampu merasakan efek dari ruang yang bersih tersebut. Sedangkan untuk bahan pembersih atau chemical umumnya terdiri dari glass cleaner bahan pembersih kaca, disinfektan bahan kimia pembasmi kuman, furniture polish bahan pengkilap perabot, metal polish pengkilap metal, detergent bahan mencuci porcelain, air freshener pengharum ruangan, dan multi purpose cleaner pembersih kaca, furniture, gelas dan lantai. Selain adanya alat serta bahan pembersih, juga harus disiplin terkait peralatan pelindung diri. Jasa cleaning service melengkapi para petugasnya dengan peralatan pelindung diri berupa hand gloves sarung tangan pelindung dari zat kimia, pelindung kepala, sabuk pengaman, dan masker. Begitu pentingnya alat kebersihan tersebut untuk keseharian para petugas, maka perlu adanya kelengkapan serta alat terbaru yang menunjang pekerjaan mereka. Anda bisa dapatkan berbagai produk housekeeping dan alat cleaning service terbaik dan terbaru di Adya Graha Kencana. Distributor alat kebersihan sebagai solusi untuk klien. Adya Graha Kencana menyediakan berbagai kebutuhan Anda terlengkap dan termurah. Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 5 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XAbstract Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Keywords Irritant Contac Dermatitis, Cleaning service, personal protective equipment, history of atopy Abstrak Cleaning service CS merupakan pekerjaan yang sering menimbulkan dermatitis kontak iritan karena seringnya kontak dengan bahan-bahan di lingkungan pekerjaannya, dimana pekerjaan yang basah dan berhubungan dengan air, sabun atau bahan kimia lainnya dalam waktu sesaat atau berulang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh CS Universitas Muhammadiyah Malang sejumlah 42 orang dengan simple random sampling. Data penelitian menggunakan kuesioner dari health and safety Executive Inggris HSE UK dengan teknik analisis menggunakan uji Fisher Exact dan Kruskal Wallis alternative chi square pada uji bivariate sedangkan untuk multivariate menggunakan regresi logistic. Hasil penelitian yang di dapatkan antara lain secara bivariat, terdapat hubungan jenis pekerjaan p= penggunaan alat pelindung diri p=0,047, dan riwayat atopi p=0,001 pada karyawan CS di Universitas Muhammadiyah Malang. Secara multivariat terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan sig Wald= penggunaan alat pelindung diri sig Wald=0,032, dan riwayat atopi sig Wald=0,013. Kesimpulannya dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. Kata kunci Dermatitis kontak iritan, Cleaning service, Alat pelindung Diri, Riwayat Atopi PENGARUH JENIS PEKERJAAN, ALAT PELINDUNG DIRI DAN RIWAYAT ATOPI TEHADAP DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETUGAS CLEANING SERVICE Dwi Nurwulan Pravitasari1*, Sri Adila Nurainiwati1 Eky Okviana Armyati2, Raihan Fatihka Devi3 1Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah ponorogo 3 Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang * Correspondence Author Dwi Nurwulan Pravitasari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia Email vitha_sabrinaviancha Telepon +628123086679 Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 6 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XPENDAHULUAN United State Bureau of Labour Statistic menyatakan pada tahun 2004 angka penyakit akibat kerja PAK sebesar ≥ dimana kejadian dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi sehingga perkembangan pada bidang industri dan jasa yang sangat pesat dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dermatitis Penyakit yang terjadi akibat kerja di Indonesia pada tahun 2014 mencapai ≥ kasus dimana mayoritas kejadian adalah Dermatitis Kontak Iritan DKI.1 Dermatitis kontak merupakan peradangan pada kulit karena terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat iritan atau alergen, yaitu yang berasal dari lingkungan pekerjaan seperti bahan kimia dan pelarut dengan paparan sekali atau Pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terkena DKI salah satunya adalah pekerja cleaning service CS. Pekerjaan CS merupakan bagian dari karyawan yang bekerja di perkantoran yang bertugas menjaga kebersihan lingkungan kantor, baik dalam gedung maupun diluar gedung. Berdasarkan data dari kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara kejadian dermatitis pada CS sebesar 18,5% dari 125 orang dengan gejala yang dialami adalah gatal, kemerahan, kulit melepuh, terkelupas dan rasa perih beberapa menit setelah terpajan bahan kimia yang berakibat terhadap penurunan produktifitas pekerja, dengan kasus dermatitis karena kontak bahan iritan sebanyak 25 orang Produk pembersih yang ada di pasaran mengandung bahan kimia seperti asam dan basa, detergen, surfaktan, dan solvent dengan bahan tambahan yaitu pewangi dan pewarna yang menimbulkan masalah iritasi pada kulit seperti dermatitis. Produk-produk pembersih tersebut apabila mengenai kulit akan menimbulkan terjadinya dermatitis yang hal ini sama dengan pekerjaan CS, dimana CS setiap hari akan kontak dengan bahan-bahan pembersih tersebut baik dalam waktu sebentar atau Penyebab DKI paling sering mengenai wanita karena lebih sering sekali kontak dengan pekerjaan rumah yang utamanya menggunakan sabun dan Dermatitis disebabkan oleh dua faktor yaitu factor langsung dimana factor tersebut berhubungan dengan bahan pembersinya meliputi ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi, sedangkan dari faktor yang tidak langsung berhubungan dengan individunya yang kontak meliputi suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD serta lama Dari permasalahan tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatiatis kontak akibat kerja pada karyawan Cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. METODE Penelitian dengan metode observasional analitik menggunakan metode Cross Sectional. Populasinya adalah karyawan cleaning service Universitas Muhammadiyah Malang. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Hasil analisis data yang disajikan adalah Analisis Univariat untuk mengetahui distribusi atau gambaran masing-masing variabel bebas, yaitu Jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri dan riwayat atopi. Pengujian hipotesis analisis bivariat menggunakan uji comparative kategorik Chi Square bila memenuhi syarat yaitu nilai expected count yang bernilai 2 x ≥ 2. Berikutnya uji analisis multivariat dengan regresi logistik tujuannya mengetahui factor bebas yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian dermatitis Kontak. Layak etik pada penelitian ini dengan nomor HASIL Analisis Univariat Karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, kejadian dermatitis kontak, penggunaan APD, dan riwayat atopi seperti yang terdapat pada tabel berikut Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Nilai S1 Dermatitis Kontak Ya Tidak Penggunaan APD Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Riwayat Atopi Ya 3 7,1% 28 66,7% 1433,3% 13 31% 13 31% 16 38,1% 24 57,1% Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 7 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XDari 42 responden didapatkan jumlah laki-laki dan perempuan seimbang yaitu 21 responden 50%. Responden yang menjadi subyek penelitian paling rendah berusia 21 tahun dan paling tua berumur 51 tahun dengan rata-rata umur sekitar 34 tahun. Berdasarkan status pernikahan diketahui mayoritas responden sudah menikah yaitu 27 orang 64,3%. Responden paling banyak memiliki pendidikan SMA/Sederajat 50%. Untuk pemeriksaan yang terdiagnosis Dermatitis kontak sebanyak 28 karyawan, sedangkan yang riwayat penggunaan APD paling banyak yang selalu menggunakan APD sebanyak 38,1% dan yang mempunyai riwayat atopi sebanyak 24 karyawan 57,1 % Analisis hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada petugas kebersihan Hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan adalah sebagai berikut Tabel 2. Hubungan Penggunaan APD Dengan Dermatitis Kontak Penggunaan APD Dermatitis Kontak Total Nilai p Tidak pernah 2 11 13 0,047b Kadang-kadang 3 10 13 Selalu 9 7 16 Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa dari 13 petugas yang tidak pernah menggunakan APD mayoritas mengalami dermatitis kontak 67,6%. Kemudian dari 13 responden yang kadang menggunakan dan kadang tidak menggunakan APD mayoritas juga terkena dermatitis kontak iritan. Untuk responden yang selalu menggunakan APD maka tidak terkena dermatitis kontak iritan sebanyak 56,3%. Uji statistik diperoleh nilai p = 0,047 p 1. Variabel penggunaan APD kadang-kadang menghasilkan sig Wald sebesar 0,093 menunjukkan hasil tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan APD kadang-kadang dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Variabel riwayat atopi ya menghasilkan sig Wald sebesar 0,013, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan riwayat atopi ya dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 12,508 dimana maknanya adalah responden yang memiliki riwayat atopi meningkatkan peluang kemungkinan terkena dermatitis kontak iritan OR>1. Variabel jenis pekerjaan gedung memghasilkan sig Wald sebesar 0,023 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan gedung dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 22,292 yang artinya responden yang bekerja di bagian gedung meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Variabel yang jenis pekerjaan di laboratorium memghasilkan sig Wald sebesar 0,029 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan laboratorium dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 36,334 yang artinya responden yang bekerja di bagian laboratorium meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD , riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% sedangkan 35,8% lainnya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini didapatkan 42 responden dimana hasilnya jumlah laki-laki dan perempuan sama banyak. Menurut Aneja, perempuan lebih sering terjadi dermatitis kontak iritan dibandingkan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan banyak melakukan pekerjaan yang selalu berhubungan dengan produk-produk pembersih sehingga memiliki risiko besar untuk mengalami dermatitis Berdasarkan National Health Interview Survey menyatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak sebanyak 58% kasus dan laki-laki sebanyak 42% kasus, hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menyatakn bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak dibandingkan Untuk factor usia rata-rata pada penelitian ini sekitar 34 tahun. Pada penelitian dilaporkan bahwa 80% kasus dermatitis kontak iritan dapat menyerang pada semua Pekerja yang lebih tua berisiko untuk mengalami dermatitis kontak karena terdapat perubahan kulit karena usia dan pada perempuan yang telah mengalami monopouse berisiko yang tinggi untuk mengalami dermatitis karena penurunan hormon esterogen sedangkan pada penelitian menyatakan bahwa kasus dermatitis kontak banyak terjadi pada usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun karena pada usia tersebut memiliki banyak aktivitas sehingga memungkinan lebih mudah terpapar bahan Pada penelitian Pigatto menyatakan bahwa dermatitis kontak iritan pada usia anak-anak 0-5 tahun tergolong kasus yang rendah karena paparan dari bahan iritan masih terbatas tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia Untuk status pernikahan pada penelitian Mauro didapatkan bahwa kasus dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada individu yang telah Hal ini dikarenakan pada individu yang telah menikah memiliki tanggung jawab pekerjaan rumah yang lebih banyak daripada individu yang belum menikah, seperti mencuci baju, piring dan mobil. Tingkat Pendidikan menurut penelitian menyatakan bahwa kejadian dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan SMA, karena perbedaan tingkat pengetahuan individu, berdampak pada pengetahuan cara pencegahan terjadinya Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 9 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567Xdermatitis Pada penelitian Mirabelle jenis pekerjaan pada petugas kebersihan yang membersihkan gedung banyak berkontak dengan bahan-bahan seperti sabun pembersih lantai, sedangkan yang bekerja pada taman lebih sedikit terkena dermatitis kontak karena pada petugas kebersihan taman lebih sedikit berkontak dengan bahan-bahan kimia, paling sering kontak dengan air, dimana air merupakan iritan ringan, namun apabila terpapar terlalu lama dengan frekuensi sering maka dapat menyebabkan dermatitis Sejalan dengan penelitian Behroozy dikatakan bahwa CS dapat mengalami dermatitis kontak akibat kerja karena sering terpapar oleh bahan-bahan iritan, dan penelitian di Jerman juga mengatakan bahwa 4,5%/ kasus dermatitis kontak iritan terjadi pada petugas kebersihan. Hasil penelitian bivariate menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada CS. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhan noto bahwa penggunaan APD sangat berpengaruh dalam terjadinya dermatitis kontak, pengunaan APD bertujuan untuk melindungi diri dari sumber bahaya tertentu. 18 Hal ini dikarenakan saat melakukan pekerjaannya petugas kebersihan banyak berkontak dengan bahan kimia, jika tidak menggunakan APD maka bahan-bahan kimia tersebut dapat mudah berpenetrasi ke dalam kulit dan menyebabkan iritasi pada kulit. 19 Riwayat atopi merupakan penyakit yang diturunkan melalui genetik, seperti dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma. Dari hasil penelitian yang mempunyai riwayat atopi maupun tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terjadinya dermatitis kontak, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak, sehingga semua petugas memiliki risiko yang sama untuk mengalami dermatitis kontak. 20,21 Hasil analisis multivariate secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD, riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% untuk pengaruh variable lain di luar penelitian sebesar 35,8%. SIMPULAN Dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Malang yang sudah memfasilitasi dalam penelitain ini dan juga kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalan penelitian ini. REFERENSI 1. Fauziyyah, S. W. 2020. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pegawai Laundry. Jurnal Kesehatan, 111, 71. 2. Iswara Wijaya, I., Darmada, I., & Rusyati, L. 2016. Edukasi Dan Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan Kronis Di Rsup Sanglah Denpasar Bali Tahun 2014/2015. E-Jurnal Medika Udayana, 58, 2014–2017. 3. Warahmah, M. 2020. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Laundry terhadap Dermatitis Kontak Di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Health Sains, 16, 385–392. 4. Sembodo, T., Karyadini, hesti W., & Nasihah, S. D. 2021. Lama Kontak Deterjen dan Kejadian Dermatitis Kontak pada Ibu Rumah Tangga Tjatur Sembodo. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 124, 326–328. 5. Abdullah, A. A., Irwan, I., & Prasetya, E. 2020. Analisis Karakteristik Limbah Laundry Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak iritan Pada Pekerja Laundry X Kota Gorontalo. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 21, 43–52. 6. Aneja, S. 2020. Irritant contact dermatitis. 7. Pacheco, K. A. 2018. Occupational dermatitis How to identify the exposures, make the diagnosis, and treat the disease. In Annals of Allergy, Asthma and Immunology Vol. 120, Issue 6. 8. Jimah, C. T., Toruan, V. M. L., & Nugroho, H. 2020. KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER SAMARINDA. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 72. 9. Zander, N., Sommer, R., Schäfer, I., Reinert, R., Kirsten, N., Zyriax, B. C., Maul, J. T., & Augustin, M. 2019. Epidemiology and dermatological comorbidity of seborrhoeic dermatitis population-based study in 161 269 employees. British Journal of Dermatology, 1814. Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 10Herb-Medicine JournalISSN 2620-567X10. Lurati, A. R. 2015. Occupational risk assessment and irritant contact dermatitis. Workplace Health and Safety, 632. 11. Pigatto, P., Martelli, A., Marsili, C., & Fiocchi, A. 2010. Contact dermatitis in children. In Italian Journal of Pediatrics Vol. 36, Issue 2. 12. Mauro, M., Bovenzi, M., & Filon, F. L. 2021. Occupational contact dermatitis in a gender perspective North east italian data 1996-2016. Medicina Del Lavoro, 1121. 13. Hutagalung, A. L., & Hazlianda, C. P. 2019. TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA BINATU TERHADAP DERMATITIS KONTAK DI KELURAHAN PADANG BULAN TAHUN 2017. Media Dermato Venereologica Indonesiana, 463. 14. Mirabelli, M. C., Vizcaya, D., Margarit, A. M., Antó, J. M., Arjona, L., Barreiro, E., Orriols, R., Gimenez-Arnau, A., & Zock, J. P. 2012. Occupational risk factors for hand dermatitis among professional cleaners in Spain. Contact Dermatitis, 664. 15. Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Universitas Indonesia. 16. Behroozy, A., & Keegel, T. G. 2014. Wet-work exposure A main risk factor for occupational hand dermatitis. In Safety and Health at Work Vol. 5, Issue 4. 17. Callahan, A., Baron, E., Fekedulegn, D., Kashon, M., Yucesoy, B., Johnson, V. J., Domingo, D. S., Kirkland, B., Luster, M. I., & Nedorost, S. 2013. Winter season, frequent hand washing, and irritant patch test reactions to detergents are associated with hand dermatitis in health care workers. Dermatitis, 244. 18. Suhan Nanto, S. 2015. Singgih Suhan Nanto Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan Majority Vol. 4. 19. Bauer, A. 2013. Contact dermatitis in the cleaning industry. In Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology Vol. 13, Issue 5. 20. Rahmatika, A., Saftarina, F., Anggraini, D., I., dan Mayasari, D. 2020. Hubungan Faktor Risiko Dermatitis Kontak pada Petani. Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 1 21. S. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Cleaning Service. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ... Penyakit kulit merupakan penyakit yang umum terjadi pada semua anggota masyarakat. Jenis penyakit kulit seperti kusta, dermatitis, kudis, dan panu [2]. Penyakit kulit adalah penyakit bagian luar tubuh dengan gejala berupa gatal, nyeri, mati rasa dan kemerahan yang disebabkan oleh bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, mikroba, jamur, dan faktor personal hygiene [3]. ...Apriyana IrjayantiAnton WambrauwIda WahyuniAyu Anisa MarandenSkin disease is a disease that attacks the surface of the body and is caused by various diseases. Skin diseases can also be caused by fungi, germs, viruses and parasites. The purpose of this study was to determine the relationship between personal hygiene and the incidence of skin diseases. This type of research uses an analytic observational method with a cross sectional research design. The population in this study were 149 residents, samples taken from the entire population were 149 respondents. The sampling technique uses total sampling. Collecting data using questionnaires and observation. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis, using the chi-square test α α = pada variabel Pengetahuan dan Perilaku, yaitu > dan > sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan pada variabel Sikap diperoleh nilai asymp. sig. 40 years age. Prevalence of occupational contact dermatitis is still high in cleaning. Irritant contact dermatitis is prevailing, but allergic contact dermatitis is quite frequent, too. Up to now, prevention strategies in cleaning seem to be insufficient.

alat pelindung diri petugas kebersihan